Senin, 19 Januari 2009

kelola emosi

Di tahun 2008,sekitar bulan mei,situasi rumahku mulai tidak damai lagi,karena adik sepupuku,mulai berkelakuan "aneh"(ngamuk,marah - marah ,menantangku berkelahi hingga aku dan anakku sematang wayang diancam).situasi inipun berlangsung hingga 4 bulanan.

kelakuan "aneh" itu ,pertama dilakukan pada pamanku sendiri,kakek dan terakhir aku.situasi yang mencekam ini,empat bulan kulalui dengan emosi yang tertahan(ada perasaan bangga juga ternyata aku telah mampu mengelola emosiku)sehingga perkelahian dengan adikku tidak sampai terjadi.

ditengah kebanggaan ini /kesabaran dan emosiku kembali diuji, situasi rumah dalam keadaan sepi(cuma ada aku,kakek,nenek dan anakku umur setahun, aku kembali ditantang berkelahi dan bahkan anakku juga diancam,spontan emosiku memuncak,dan lepas kendali,kuladeni tantangannya.

saat situasi sudah tidak terkendali,aku bersyukur Tuhan telah menolongku,akhirnya aku "sadar kembali"sehingga aku mampu mengendalikan diriku dan keadaaan,sehingga apa yang tidak aku dan keluargaku inginkan tidak terjadi.

dari kejadiaan ini,disamping perihatin akan situasi sepupuku ,aku juga sangat bersyukur dan bangga bahwa aku telah mampu mengendalikan situasi terburuk dalam keluargaku.

dari situasi ini,aku ingin berbagi:bahwa kita manusia perlu punya ambisi dan emosi tapi yang terpenting bagaimana mengelola emosi,kedua, dimana dan bagaimanapun keadaan itu ,kita harus mampu mengendalikan keadaan dan jangan sampai dikendalikan keadaaan .

Jumat, 16 Januari 2009

Melihat Diri Sendiri Dalam Wayang

Pada Tumpek Wayang ,umat Hindu  mengupacarai berbagai jenis alat -alat tetabuhan atau reringgitan seperti gong,gender,gambang,genta,gendongan termasuk wayang.Pemujaan ditujukan kepada TUhan dalam manifestasi sebagai Hyang Iswara.
W.Watra dalam buku Filsafat Wayang dalam Panca Yadnya menyebutkan Wayang berkisar pada masalah bayangan.Bicara masalah bayangan harus ada cahaya.berbicara masalah cahaya harus ada sumber cahaya.Sumber cahaya paling hakiki adalah Tuhan yang di Bali dikenal sebagai Hyang.Karenanya menurut,Watra,Wayang adalah bayangan akibat adanya sinar,anatar gelap dan terang (rwa bhineda).Wayang ada karena cahaya dari Hyang(Tuhan).
Menurut I gusti ketut Widana,secara lahir Tumpek Wayang merupakan bentuk permohonan bagi mereka yang menjlani profesi pewayangan sehingga dapat menjadi dalang metaksu yang mampu menjembati alam wayang yang abstrak ke dalam alam nyata melalui pementasan tokoh tokoh pewayangan yang dipertontonkan untuk diambil nilai nilai tuntunannya.
Secara batin,melalui perayaan tumpek wayang kita akan selalu disadarkan bahwa hidup ini sebenarnya merupakan sebauah panggung wayang.Keberadaan kita,perananyang didapat dan dilakukan serta kemana akhirnya tujuan kita sudah diatur dan ditentukan oleh Sang Dalang Agung yakni Hyang Widhi.
IB Agastia dalam kumpulan tulisannya,Wija Kesaur menulis,dengan menonton wayang sesungguhnya kita dapat menonton diri kita,kita dapat menghadirkan diri kita dihadapan kita.Makna pertempuran antara Rama dengan Rahwana,Pandawa dengan Korawa,antara Dharma dengan Adharma,susila dengan Asusila,sesungguhnya adalah  pertempuran yang terjadi dalam diri kita,pertempuran yang tak henti -hentinya.
Karenanya,dapat dimengerti mengapa kemudian wayang mendapat posisi terhormat dalam kebudayaan Hindu di Nusantara.Wayang menjadi salah satu saran "pembebasan"diri.Di kalangan masyarakat Indonesia,wayang memiliki fungsi ruwat,terlebih lagi di Bali,wayang menjadi sarana penyucian yang penting.Wayang,khususnya wayang lemah,merupakan salah satu bagian penting wali dalam setiap karya berskala besar.Begitu juga anak yang lahir pada wuku Wayang akan dibayuh dengan tirta penglukatan wayang.
I Gusti Ketut Widana sendiri melihat setiap perangkat dalam pementasan wayang memiliki makna sendiri.Kelir wayang merupakan simbul ruang,alam permukaan bumi sebagai lambang badang jasmani yang akan menampakan bayangan hari dan menggambarkan gejolak Tri Guna.Lampu Blencong melambangkan matahari yaitu sinar hidup yang terpancar dari Hyang Widhi dan juga merupakan sinarnya Jiwatman  yang memberikan sinar kepada Tri Guna .Dalang  merupakan simbul dari bayangan Hyang Widhi yang berkuasa atas segala tokoh dan peran yang dimainkan manusia.Dalang juga merupakan jiwatma yang memberikan sinar /kekuatan melalui suksma sarira sehingga sthula sarira  menjadi hidup dan dinamis.
Wayang sendiri tidak lain adalah sebagai lambang dari makhluk - makhluk ciptaan-Nya,manusia,hewandan tumbuh-tumbuhan,masing -masing menjalani proses lahir,hidup dan mati sesuai kehendak-Nya.Gedong (tempat wayang) sendiri merupakan  simbol Tri Kona(lahir ,hidup dan mati).Genderyang mengiringi pementasan wayang merupakan simbolik iram dinamis dari perjalanan zaman,juga merupakan suara suksma tentang kehidupan dan kematian.
(jay, dikutip dari Denpost,2008)